Calendar & Clock

Followers

Posted by Sarjana SEMU / Category:

LEADERSHIP BEHAVIOR = LEADERSHIP STYLE

Istilah gaya secara kasar adalah sama dengan cara yang digunakan pemimpin di dalam mempengaruhi para pengikutnya. Kepemimpinan suatu organisasi perlu mengembangkan staf dan membangun iklim motivasi yang menghasilkan tingkat produktivitas yang tinggi, maka pemimpin perlu memikirkan tingkat gaya kepemimpinannya.

Perilaku kepemimpinan atau Leadership Behavior tentu tidak dapat dilepaskan dari pembahasan tentang Leadership Style atau gaya kepemimpinan. Berbicara tentang kepemimpinan, orang cenderung berasosiasi tentang ungkapan klasik mengenai gaya kepemimpinan.

Gaya Kepemimpinan Otokratik /Otoritarianisme.

Gaya kepemimpinan otokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara segala kegiatan yang akan dilakukan semata-mata diputuskan oleh pimpinan. Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan otokratis > Wewenang mutlak terpusat pada pemimpin, Keputusan selalu dibuat oleh pemimpin, Kebijakan selalu dibuat oleh pemimpin, Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan, Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahannya dilakukan secara ketat, Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran pertimbangan atau pendapat, Tugas-tugas bawahan diberikan secara instruktif, Lebih banyak kritik dari pada pujian, menuntut prestasi dan kesetiaan sempurna dari bawahan tanpa syarat, dan cenderung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman

Sampel dari Otoritarianisme Baru dan Desain Institusi “kutipan Koran KOMPAS”

SEJUMLAH kalangan, khususnya intelektual dan politisi, belakangan ini menyuarakan kekhawatiran akan kembalinya otoritarianisme di Indonesia. Kekhawatiran itu antara lain dipicu munculnya dua kandidat presiden berlatar belakang militer, Wiranto dan Susilo BambangYudhoyono.


Tampaknya di kepala para intelektual dan politisi kita berkembang sebuah asosiasi, latar belakang militer identik dengan otoritarianisme. Hal ini bisa dimengerti meski tak sepenuhnya benar. Selama 32 tahun (1967-1998), Indonesia di bawah otoritarianisme Soeharto yang berlatar belakang militer. Namun, kenyataannya, lima tahun sebelumnya (1959-1965) Indonesia juga di bawah otoritarianisme Soekarno, pemimpin berlatar belakang sipil. Hal ini menunjukkan, latar belakang karier calon presiden (capres) bukan satu-satunya faktor penentu apakah Indonesia akan terjerumus ke sistem otoriter atau tidak. KOMENTAR dan amatan tentang peluang Indonesia kembali ke sistem otoriter sejauh ini hanyaterfokus pada pribadi capres. Padahal, selain pribadi capres, yang juga menentukan apakah sebuah negara mudah terperosok dalam sistem otoritarian atau tidak adalah desain institusi di negara itu. Jangan-jangan Indonesia potensial kembali ke sistem otoriter karena faktor agen politik (baca: presiden) yang berkuasa, dan struktur politiknya kondusifuntukitu.

Faktor struktur politik yang dimaksud dalam tulisan ini adalah desain institusi, setidaknya terdiri dari dua hal. Pertama, jenis sistem pemerintahan yang diterapkan, dan kedua, pengaturan sistem pemerintahan dalam konstitusi. Menarik, keyakinan sebagian ilmuwan politik, sistem pemerintahan presidensialisme cenderung melahirkan otoritarianisme mengingat beberapa ciri khas presidensialisme: konsentrasi kekuasaan pada presiden, pemilihan langsung presiden, dan masa jabatan presiden yang pasti.

Faktor konsentrasi kekuasaan membuat posisi presiden amat kuat. Dalam sistem pemerintahan parlementer, fungsi kepala negara dipegang presiden dan fungsi kepala pemerintahan ada di tangan perdana menteri. Dalam sistem presidensial, kedua fungsi itu dipegang presiden. Presiden dalam presidensialisme memancarkan aura kekuasaan amat terang karena dialah yang memimpin ritual kenegaraan dan mengendalikan pemerintahan. Seorang presiden bagaikan "raja" dalam bungkus sistem politik modern.

Dalam sistem presidensialisme murni, presiden dipilih melalui pemilihan langsung oleh seluruh rakyat. Meski hanya menang dengan selisih suara tipis, presiden terpilih akan mengantongi mandat dari rakyat untuk memerintah. Apalagi jika ia menang dengan angka telak. Mandat dari rakyat membuat posisi presiden amat kuat. Ini penting, khususnya bagi Indonesia yang sebentar lagi memilih presiden secara langsung. Presiden Indonesia mendatang akan punya legitimasi politik lebih besar daripada presiden-presiden sebelumnya yang dipilih MPR. Presiden terpilih akan lebih percaya diri membuat keputusan politik, termasuk yang bisa mengarah pada otoritarianisme baru.

Selain dipilih langsung, presiden terpilih akan memegang jabatannya untuk jangka waktu lima tahun. Posisi presiden amat kuat sebab ia tidak bisa dihentikan di tengah jalan oleh MPR karena alasan politik yang multitafsir. UUD 1945 hasil amandemen ketiga mengatur, presiden dan/atau wakilnya hanya dapat diberhentikan dalam masa jabatannya bila (i) melakukan pelanggaran hukum berat, (ii) perbuatan tercela, atau (iii) tidak memenuhi syarat sebagai presiden dan/atau wakil presiden (Jimly Asshidiqie, 2002).

Melihat hasil amandemen UUD 1945, tampak sistem pemerintahan Indonesia kian mendekaticiri-cirisistempresidensialismemurni.

CIRI parlementarisme ini yang membuat faktor keterampilan individual presiden amatmenentukan corak hubungan eksekutif dengan legislatif. Faktor ini pula yang menentukan apakah sistem pemerintahan akan cenderung demokratis atau otoriter. Sistem presidensialisme ala UUD 1945 pra-amandemen membuka peluang bagi enam tahun otoritarianisme Soekarno dan 32 tahun otoritarianisme Soeharto. Soekarno bisa begitu dominankarenamodalpolitik berupa peran sebagai Proklamator dan karisma pribadi yang memesona. Soeharto berkuasa dengan modal politik sebagai pengemban Supersemar dan keterampilan politiknya dalam merekayasa dukungan militer, partai, birokrasi, dan bahkan masyarakatsipil.

Namun, sistem yang sama juga telah menjungkalkan Abdurrahman Wahid di tengah jalan. Wahid tidak terampil mengelola modal politik berupa dukungan dari partai-partai politik yang kekuatannya jauh lebih besar dari kekuatan partainya sendiri. Seandainya dulu Wahid
terpilih dan memerintah dalam kerangka UUD 1945 hasil amandemen, dapat dipastikan ia masih menjabat Presiden Indonesia sampai sekarang, sejauh ia tak melanggar tiga hal yang disebutkan di atas. Dan, seandainya ia terampil mengelola dukungan dari partai-partai politik dan masyarakat, ia berpeluang terpilih kembali untuk masa jabatan kedua.

Di sini tampak bahwa kekhawatiran kalangan intelektual dan politis di atas bahwa personalitas individu capres merupakan faktor terpenting untuk menilai seberapa besar peluang kembalinya Indonesia ke sistem politik otoriter tidak sepenuhnya akurat. Faktor desain institusional yang diterapkan memberikan kontribusi yang sama besarnya dengan factorpersonalitascapres.

Kenyataan bahwa sistem pemerintahan Indonesia pasca-amandemen UUD 1945 lebih memperkokoh posisi presiden secara politik membuat rakyat Indonesia harus lebih hati-hati dalam memutuskan pilihan capres. Memilih capres yang punya kecenderungan otoriter akan memperbesar peluang negara ini untuk terjerumus dalam otoritarianisme baru.Bagaimana mengetahui kecenderungan otoritarianisme para capres? Tidak ada cara lain kecuali membukakan track record mereka pada masa lampau, tindakan-tindakan mereka di masa kini, dan janji-janji yang akan mereka lakukan di masa yang akan datang.

Gunadarma Xmalang Research Grups

Posted by Sarjana SEMU / Category:

Berawal dari mahasiswa Universitas Gunadarma J Kalimalang yang ingin berbagi ilmu, berbagi pengalaman seputar ilmu komputer maka terbentuklah sebuah komunitas IT, dan dinamakan Gunadarma Xmalang Research Grup (GRXG) yang diresmikan oleh pihak Universitas pada tanggal 19 Februari 2008.

GXRG sendiri dibagi menjadi 4 interesting class untuk memfokuskan diri pada pengembangan lebih lanjutnya. Untuk interesting class sendiri terdiri dari :
1. Web Development Class
Pengembangan dibidang Web dari mulai Web Develop, Web Management, dan Web Design.
2. Networking Class
Pengembangan dibidang Jaringan Komputer sampai dengan System Administrator.
3. Programming Class
Pengembangan dibidang Programming, sesuai perkembangan zaman dan mempersiapkan diri untuk terjun langsung menjadi programmer.
4. Operating System Class
Pengembangan dibidang OS, baik Adiministrator *nix baik Linux / BSD / OpenSolaris atau bahkan kembali ke Windows.




Kutipan Dari GXRG


Berawal dari rekomendasi kawan saya, yang terlebih dahulu gabung dalam GXRG. Beliau menjelaskan tentang GXRG kepada saya seperti “Kutipan diatas”. Dan Beliau mengajak saya untuk menghadiri Seminar “ FreeDom Day ”. Pada tanggal 19 oktober, akhirnya saya mengikuti Seminar pertama kali di Universitas Gunadarma.






Setelah mengikuti Seminar, saya tertarik untuk mempelajari OS. Saya mencoba untuk gabung dalam salah satu Komunitas GXRG, yaitu Operating System Class. Walaupun baru satu bulan gabung, saya merasa nyaman. Karena sifatnya sharing dan sangat fleksibel.


PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN DI INDONESIA

Posted by Sarjana SEMU / Category:

Upaya menelusuri sejarah peradaban bangsa Indonesia, mulai dari zaman batu sampai zaman logam.berdasrkan pendapat-pendapat para ahli prehistoris, ternyata bahwa zaman batu dibagi menjadi :


Zaman batu tua (paleolithikum)













Zaman batu tengah (mesolithikum)



·










Zaman batu muda (neolithikum)















Contoh dari peninggalan dari zaman batu tua adalah kapak genggam .kapak genggam dibawa dari bangsa proto austronesia yang berasal dari cina selatan, menyebar kea rah selatan, ke hilir sungai-sungai besar sampai ke semenanjung malaka.lebih lanjut menyebar ke Sumatra,jawa, Kalimantan barat, nusa tenggara sampai ke flores dan sulawesi.berlanjut ke philipina.

Bahasa proto austronesia sebagai cikal bakal bahasa dari bangsa-bangsa yang mediami pulau-pulau diantara samudra Indonesia dan samudra pasifik. Dengan begitu bahasa proto austronesia sebagai induk dari bahasa-bahasa di wilayah Negara-negara asean, khususnya di republic Indonesia.

Zaman batu muda membawa revolusi dalam kehidupan manusia. Pada zaman ini mereka mulai hidup menetap, membuat rumah, membentuk masyarakat desa, bertani dan berternak untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Bangsa-bangsa proto austronesia yang masuk dari semenanjung indo china ke Indonesia itu membawa kebudayaan Dongson, dan menyebar di Indonesia. Materi Dongson diantaranya berupa senjat-senjata tajam dan kapak berbentuk sepatu dari bahan perunggu.


Kebudayaan hindu-budha

Pada awalnya jalur perdagangan antara India dan china melewati selat malaka. Dalam perkembangan berikutnya, para pedagang tidak hanya melewati selat malaka, tetapi ada diantaranya yang menyusuri pantai sepanjang pulau Sumatra, pantai utara jawa, pantai timur Kalimantan dan terus ke cina.

Akibat ramainya perdagangan dan banyaknya orang asing yang singgah di nusantara, banyak unsure budaya asing yang masuk khususnya budaya hindu-budha. Kebudayaan hindu budha tmbuh subur di kawasan yang dilalui lintas perdagangan kuno antara India dan cina, yaitu Sumatra,jawa,bali dan Kalimantan.agama hindu budha diperkirakan masuk Indonesia pada abad ke 4 hal ini dibuktikan dengan ditemukannya patung budha dari perunggu di daerah sempaga, sulawesi selatan,jember,jawa timur .


Kebudayaan ISLAM

Kebudayaan islam pertama kali masuk indonesia pada abad ke15 dan ke16 .

Bukti-bukti masuknya islam di Indonesia :

  • Berita dari cina dari dinasti tang yang menyebutkan adanya rencana seranga orang-orang ta shih pada tahun 647 M terhadap kerajaan Holing yang diperintah oleh ratu sina. Namun rencana ini gagal karena kerajaan Holing sangat kuat. Sebutan ta shih ditafsirkan sebagai orang-orang arab dan persia.

  • Berita arab yang menyatakan bahwa pedagang arab yang beragama islam telah telah mengadakan kegiatan perdagangan di seriwijaya.

  • Ditemukannya batu tulis dalam bahasa arab di leran, dekat gresik, yang memuat keterangan tentang menunggalnya seorang perempuan perempuan bernama Fatimah binti Maimun.

  • Berita dari marco polo, seorang musafir dari Venesia. Ia menjupai penduduk yang beragam islam dan banyak pedagang yang berasal dari gujarat yang giat menyebarkan islam.

  • Adanya makam sultan malik al shaleh seorang raja samudra pasai.

  • Berita dari ibnu batuta seorang utusan sultan delhi ke cina, yang menyatakan bahwa di sumatra terdapat kerajaan islam.